Fengshui Merauke dan Tusuk Sate

Minggu lalu seorang fans mengundang ke Merauke, Irian Jaya. Mendengar nama Merauke, segera terngiang di telinga lagu kebangsaan yang pernah diajarkan di sekolah dasar tempo dulu. Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia. ………… Iya, Merauke adalah kota kabupaten di wilayah Indonesia paling Timur, dan di Irian yang kini disebut Papua paling Selatan.

Merauke adalah sebuah kota ikan di Indonesia Timur. Sebagian besar rakyat hidup dari melaut. Selain itu adalah pegawai negeri. Merauke juga dikenal dengan kulit buayanya. Tentu juga kopra dan burung cendrawasih di jaman dulu. Kota pelabuhan di Indonesia paling Timur itu terletak di muara sungai Merauke. Sungai yang pernah dikenal sebagai tempat perburuan ikan Arwana terbesar di Indonesia. Kota dekat laut Arafura dan hanya 70 Km dari perbatasan Papua Timur itu tidak banyak penduduknya. Menurut perkiraan kasar, termasuk transmigran dan penduduk pedesaan seluruh kabupaten tidak lebih dari 400 ribu orang. Tanah yang subur, penduduk yang renggang dengan wilayah sangat luas ini pernah dicanangkan pemerintah SBY untuk diproyeksikan sebagai wilayah produsen beras terbesar di Indonesia, dan pengembangan proyek ini disambut jeli Medco Group.

Dari sejarah, diketahui Merauke ditemukan pada tanggal 12 Februari 1902 . Orang yang pertama menetap di sana adalah pegawai pemerintah belanda. Mereka mencoba untuk hidup diantara dua suku asli yaitu Marind Anim dan Sohoers. Mereka berjuang keras melawan keganasan alam (termasuk pemburu kepala). Lama-kelamaan tempat tersebut mengalami pertumbuhan yang sangat cepat sehingga menjadi sebuah “kota”. (Google Earth : Kota Merauke di muara sungai)

Kota tersebut didirikan pada periode fengshui ke-2, muara sungai Merauke berada di titik Xin, karena itu kehidupan di awal perkembangan sangat keras. Memasuki periode ke-3, bintang kejayaan periode berada di depan, mulai berkembang dengan pesat. Kini memasuki periode ke delapan, karena didukung energi kejayaan, diperkirakan kota tersebut dapat berkembang baik.

Suku Tionghua sudah hadir saat kota Merauke pertama kali berkembang. Kini diperkirakan sekitar 1.000 atau lebih orang. Seperti kota-kota lain di Indonesia, hampir semua Tionghua hidup sebagai pedagang di pusat kota. Sepanjang jalan di pusat kota banyak sekali gang-gang kecil yang membentuk huruf T dengan jalan utama, akibatnya banyak sekali rumah-rumah maupun toko yang tertusuk jalan kecil dari seberang. Masyarakat Tionghua di Merauke sangat terobsesi oleh fengshui tusuk sate. Setidaknya ada 3 buah kasus tusuk sate yang Xiangyi catat di sana.

Setelah Xiangyi pelajari, ternyata tidak semua kasus yang diasumsikan akibat tusuk sate itu benar, terjadinya musibah karena tusuk sate tersebut. Sebagai contoh, sebuah rumah cukup mewah berdiri pada sebidang tanah besar. Rumah tersebut menyisahkan lapangan yang sangat besar di depan. Sebuah pagar seng didirikan sebagai pembatas. Sebuah jalan kecil menusuk dari seberang jalan, akan tetapi pemiliknya menanam serumpun bambu tinggi tepat memblok tusukan jalan kecil tersebut, bermaksud untuk mengeliminasi hawa pembunuh dari efek tusuk sate. Rumah itu duduk Timur laut menghadap Barat daya sektor dua, dibangun pada periode ke tujuh. Pintu pagar buka di sebelah kiri.

Pemilik dan penghuni rumah tersebut adalah sepasang suami isteri yang telah mendekati 60 tahun. Pada tahun 2005, mereka berlibur ke Paris. Tidak disangka perjalanan itu menjadi perjalanan maut. Suatu tabrakan keras terjadi atas mobil yang mereka tumpangi. Sang suami meninggal di tempat, sedangkan sang istri dapat diselamatkan dan hanya patah tulang lengan saja. Setelah tragedi tersebut, semua orang lalu menyalahkan tusuk sate.

Xiangyi menginap di Hotel Itese, rumah tersebut berada di sudut kiri seberang jalan hotel. Hal ini memudahkan Xiangyi mempelajarinya. Jika berada tepat di seberang jalan tepat di tengah rumah tersebut, melihat tegak lurus ke depan, sebenarnya jalan yang menusuk tidak tepat mengenai rumah, apalagi sudah dieliminasi. Dengan kata lain, rumah tersebut tidak mengalami tusuk sate. Cakram bintang rumah itu seperti dibawah ini :

Pintu pagar berada di sebelah kiri. Di samping kanan pintu pagar adalah rumpun bambu penangkal bala. Dengan kata lain, jalan yang menusuk dari seberang berada di tempat tersebut, tidak tepat mengenai rumah. Yang ada adalah sangat mungkin kamar utama atau dapur berada di sudut timur laut. Atau terdapat kolam di sudut tersebut. Juga sesuatu yang penting atau air berada di sektor Timur, karena hanya dengan demikian, kasus tersebut bisa dijelaskan dengan baik.

Satu-satunya akses masuk ke dalam tanah tersebut adalah pintu pagar. Pintu itu berada di Tenggara, berelemen Kayu. Jalan menusuk lurus dari seberang berelemen kayu. Pohon bambu yang menghalanginya juga berelemen kayu. Dengan kata lain, kayu di sektor tersebut amat sangat kuat. Elemen kayu yang kuat mengalir ke dapat rumah, kemudian berantam dengan elemen tanah yang berada di depan pintu utama rumah tersebut, inilah salah satu permasalahan fengshuinya.

Tusuk sate pada tempat tersebut bukan saja tidak dapat diblok dengan rumpun bambu, malahan menambah permasalahan. Kombinasi bintang di pintu utama adalah 6 8. Kayu datang menghantam, artinya keuangan pemiliknya tidak bermasalah, bahkan sangat baik. Tetapi bagaimanapun hantaman pasti meninggalkan efek yang tidak baik. Angka 8 adalah Trigram Gen. Gen Bagua fundamen berada di tempatnya Qian pada Bagua funsional. Qian memiliki angka 6. Jadi efek hantaman tersebut secara langsung diterima oleh Qian. Angka 6 di sektor depan adalah angka gunung yang mewakili kesehatan seseorang. Qian sendiri mewakili bapak atau tuan rumah yang laki-laki. Jadi akan terjadi masalah buruk pada tuan rumah yang laki-laki.

Tahun 2005, angka tahun 4 masuk tengah, angka 5 jatuh ke Barat laut, lalu terbang ke seluruh sektor cakram. Terjadilah sebuah keadaan yang sama sekali persis dengan angka-angka air di cakram dasar. Keadaan ini disebut Fuyin. Fuyin bisa menggerakkan pengaruh baik maupun buruk dalam sebuah sistem fengshui. Dalam hal ini, kelemahan sistem fengshui tersebut telah digerakkan, tuan rumah yang laki-laki akan tertimpa musibah. Jika sesuatu yang penting terdapat di sektor Timur laut, pengaruhnya akan jauh lebih kuat. Secara kebetulan, Paris berada di Barat laut Indonesia. Tidak heran, jika tabrakkan maut terjadi di sana.

Jakarta, 01 April 2009


Xiangyi



Categories: Fengshui

Leave a comment